KOROSI
Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi.
Dalam kehidupan sehari-hari,
korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam. Bangunan-bangunan
maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga,
besi baja, dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Selain pada
perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada
komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga
komputer serta peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai
aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam rumah
tangga.
Kerugian
yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi
juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri
serta kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya
langsung.
Penyebab Terjadinya
Korosi
1. Kontak
langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam
merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini
merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada
oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam
logam tersebut. Hal tersebut menimbulkan perbedaan potensial listrik antara
atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode
dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Jika jumlah O2 dan H2O
yang mengalami kontak dengan permukaan logam semakin banyak, maka semakin cepat
berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
2. Keberadaan
Zat Pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam
dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom
logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil
pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas
oksigen pada permukaan logam yang mengakibatkan proses korosi semakin cepat
pula.
3. Kontak
dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam
dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi
tambahan. Konsentrasi elektrolit yang besar dapat meningkatkan laju aliran
elektron sehingga laju korosi meningkat.
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur
maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar dan laju korosi
pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh
temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam
pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting
tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam,
yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi
tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada
katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju
korosi pada permukaan logam semakin besar.
6. Metalurgi
Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar
akan menimbulkan beda potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode
yang terkorosi.
Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah
mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam
tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni
timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat
perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat
pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada
permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.
7. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan
logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan
karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk
memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan
korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi
sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans
Thiobacillus ferroxidans.
Pencegahan Korosi
Berdasarkan proses terjadinya
korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk mencegah korosi, yaitu
perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.
1. Perlindungan
Mekanis
Perlindungan mekanis ialah mencegah
agar permukaan logam tidak bersentuhan langsung dengan udara. Untuk jangka
waktu yang pendek, cara ini dapat dilakukan dengan mengoleskan lemak pada
permukaan logam. Untuk jangka waktu yang agak lama, dapat dilakukan dengan
pengecatan. Salah satu cat pelindung yang baik ialah meni (Pb3O4) karena selain
melindungi secara mekanis juga memberi perlindungan elektrokimia. Selain
pengecatan, perlindungan mekanis dapat pula dilakukan dengan logam lain, yaitu
dengan cara penyepuhan.
Proses penyepuhan untuk perlindungan terhadap korosi harus diperhatikan harga
E° dari logam yang akan dilindungi dan logam pelindungnya. Logam yang baik
sebagai pelindung harus mempunyai E° lebih kecil dari E° logam yang dilindungi.
Sebab bila terjadi goresan pada logam yang dilapisi, maka logam pelindung akan
menjadi anode pada “sel volta mini” yang terjadi, sehingga logam yang dilindungi
tidak akan teroksidasi selama logam pelindung masih ada.
Untuk perlindungan agar barang-barang yang terbuat dari besi tidak cepat rusak,
maka besi (E° = –0,44 volt) lebih baik dilapis dengan seng (E° = –0,76 volt)
daripada dilapis dengan timah (E° = –0,14 volt).
1) Besi
yang dilapisi seng
Apabila terjadi goresan atau
di permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan partikel-partikel
lain, terjadilah sel volta mini dengan Zn sebagai anodenya dan Fe sebagai
katodenya. Zn akan teroksidasi terlebih dahulu karena harga E°-nya lebih kecil
daripada Fe, sehingga korosi elektrolitik (reaksi elektrokimia yang
mengoksidasi logam) tidak terjadi.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–): Zn(s) —> Zn2+(aq) + 2 e–
Katode (+): 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
2) Besi
yang dilapisi timah
Apabila terjadi goresan atau lapisan
mengelupas kedua logam akan muncul di permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di
udara dan partikel-partikel lain terjadilah sel volta mini. Di sini Fe akan
bertindak sebagai anode karena E0 Fe lebih kecil daripada E° Sn, hingga Fe akan
teroksidasi lebih dulu. Di sini akan terjadi proses korosi elektrolitik. Oleh
karena itu, pelat besi yang dilapisi timah akan cepat berlubang-lubang daripada
besi Galvani. Hanya dari segi keindahan, besi yang dilapisi dengan NiCr dan Sn
tampak lebih bagus daripada besi yang dilapisi Zn.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–) : Fe(s) —> Fe2+(aq) + 2 e–
Katode (+) : 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
2. Perlindungan
Elektrokimia
Perlindungan elektrokimia ialah
mencegah terjadinya korosi elektrolistik (reaksi elektrokimia yang mengoksidasi
logam).Perlindungan elektrokimia ini juga disebut perlindungan katode (proteksi
katodik) atau pengorbanan anode (anodaising). Cara ini dilakukan dengan
menghubungkan logam pelindung, yaitu logam yang lebih tidak mulia (E°-nya lebih
kecil). Logam pelindung ini ditanam di dalam tanah atau air dekat logam yang
akan dilindungi. Di sini akan terbentuk “sel volta raksasa” dengan logam
pelindung bertindak sebagai anode.
Contoh-contoh proteksi katodik
1) Untuk mencegah korosi pada pipa di dalam tanah, di dekatnya ditanam logam
yang lebih aktif, misalnya Mg,
yang dihubungkan dengan kawat. Batang magnesium akan mengalami oksidasi dan Mg
yang rusak dapat
diganti dalam jangka waktu tertentu, sehingga pipa yang terbuat dari besi
terlindung dari korosi.
2) Untuk melindungi menara-menara
raksasa dari pengkaratan, maka bagian kaki menara dihubungkan dengan lempeng
magnesium yang ditanam dalam tanah. Dengan demikian menara besi akan menjadi
katode magnesium dan lempeng Mg sebagai anodenya.
Jenis-
Jenis Korosi
Jenis kerusakan yang terjadi tidak
hanya tergantung pada jenis logam, keadaan fisik logam dan keadaan
penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada lingkungannya. Ditinjau
dari bentuk produk atau prosesnya, menurut Setyowati tahun 2008 korosi dapat
dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya :
a. Korosi merata (uniform corrosion)
Korosi merata adalah korosi yang
terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam
yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif
besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa
kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan
akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan.
Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan
peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
b. Korosi celah (crevice corrosion)
Korosi celah adalah korosi lokal
yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme terjadinya korosi
celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah,
sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen
(O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda
dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah
yang terkorosi.
c. Korosi galvani (galvanic corrosion)
Korosi galvanik terjadi apabila dua
logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Salah satu
dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya akan
terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi
adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.
.d. Korosi selektif (selective leaching)
Selective leaching adalah korosi
yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu unsur paduan yang
lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme
terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total
terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi
akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke
elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain
selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran.
Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut
menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada
pipa.
e. Korosi antar kristal (intergranular
corrosion)
Korosi intergranular adalah bentuk
korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi antar unsur
logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat
austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida
krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10
%, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan
baja tahan karat tersebut.
f. Korosi Retak Tegang (stress corrosion
cracking)
Korosi retak tegang (stress
corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosionfatique cracking) dan korosi
akibat pengaruh hidogen (corrosion inducedhydrogen) adalah bentuk korosi dimana
material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan
tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida
panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat.
Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam kisi paduan.
g. Korosi erosi
Korosi erosi adalah korosi yang
terjadi pada permukaan logam yang disebabkan aliran fluida yang sangat cepat
sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film pelindung. Korosi erosi juga
dapat terjadi karena efek-efek mekanik yang terjadi pada permukaan logam,
misalnya : pengausan, abrasi dan gesekan. Logam yang mengalami korosi erosi
akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam
h. Korosi lelah
Merupakan kegagalan logam akibat
aksi gabungan beban dinamik dan lingkungan korosif.
i. Pitting corrosion
Korosi sumuran (pitting corrosion),
korosi ini terjadi akibat adanya sistem anoda pada logam, dimana daerah
tersebut terdapat konsentrasi ion Cl– yang tinggi. Korosi jenis ini sangat
berbahaya karena pada bagian permukaan hanya lubang kecil, sedangkan pada
bagian dalamnya terjadi proses korosi membentuk “sumur” yang tidak tampak.
Dampak Dari Terjadinya Korosi
Karatan adalah istilah yang
diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos.
Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja
disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap
satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih
tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi
elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh
karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya
bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya.
Dilihat dari aspek elektrokimia,
korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke
lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan
lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada
logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam
larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam
tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan
mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam.
Dampak yang ditimbulkan korosi
sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika
Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga 126 milyar
dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang
ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai
tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan
korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum
terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang
ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan
atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat
korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer,
tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah,
terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya
akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain sebagainya.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh korosi diantaranya adalah:
1. Adanya
kerugian teknis dan depresiasi
2. menurunnya efisiensi
3. menurunnya kekuatan konstruksi
4. Apperance yang buruk
5.karat merupakan polusi dan menambah biaya maintenance
selain menimbulkan kerugian korosi juga menguntungkan diantaranya adalah adanya
pabrik cat (coating), adanya pekerjaan cathodic protection.
Untuk memilih material agar dampak negatif dari korosi dapat
dikurangi dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketahanan korosi, yang dimaksud disini adalah tingkat
kemungkinan bertahannya material di lingkungan yang korosif
2. Availibility, faktor ketersediaan. Material dengan jumlah
ketersediaan yang terbatas akan menimbulkan kesulitan dalam hal kapasitas
produksi
3. Cost, Dalam memilih material diusahakan agar biaya
material bisa ditekan sekecil mungkin
4. Strength, Apabila kekuatan material tidak bisa dipenuhi
maka material yang telah dipilih tidak dapat dipakai
5.Appearance, sifat material akan bertambah signifikan jika
dipergunakan untuk memproduksi barang – barang yang bersifat eksotis
6. Producibilitas, perlu dianalisa bisa tidaknya dibuat
sesuai fungsi barang yang akan dibuat
Bakteri Penyebab Korosi
Fenomena korosi yang terjadi dapat
disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang
yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi
sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau Besi sulfida.Tidak
adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan
campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, h 2.3 Dampak Dari
Terjadinya Korosi
Karatan adalah istilah yang
diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos.
Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja
disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap
satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih
tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi
elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh
karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya
bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya.
Dilihat dari aspek elektrokimia,
korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke
lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan
lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada
logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam
larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam
tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan
mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam.
Dampak yang ditimbulkan korosi
sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika
Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga 126 milyar
dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang
ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai
tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan
korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum
terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang
ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan
atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat
korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer,
tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah,
terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya
akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain sebagainya.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh
korosi diantaranya adalah:
1. Adanya kerugian teknis dan
depresiasi
2. menurunnya efisiensi
3. menurunnya kekuatan konstruksi
4. Apperance yang buruk
5.karat merupakan polusi dan
menambah biaya maintenance
selain menimbulkan kerugian korosi
juga menguntungkan diantaranya adalah adanya pabrik cat (coating), adanya
pekerjaan cathodic protection.
Untuk memilih material agar dampak
negatif dari korosi dapat dikurangi dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketahanan korosi, yang dimaksud
disini adalah tingkat kemungkinan bertahannya material di lingkungan yang
korosif
2. Availibility, faktor
ketersediaan. Material dengan jumlah ketersediaan yang terbatas akan
menimbulkan kesulitan dalam hal kapasitas produksi
3. Cost, Dalam memilih material
diusahakan agar biaya material bisa ditekan sekecil mungkin
4. Strength, Apabila kekuatan
material tidak bisa dipenuhi maka material yang telah dipilih tidak dapat
dipakai
5.Appearance, sifat material akan
bertambah signifikan jika dipergunakan untuk memproduksi barang – barang yang
bersifat eksotis
6. Producibilitas, perlu dianalisa
bisa tidaknya dibuat sesuai fungsi barang yang akan dibuat
Cara Mencegah Terjadinya Korosi
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :
1. Mencegah
kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu
tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat
dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi
(logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang
kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar
kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses
korosi.
2. Perlindungan
katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang
lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda.
Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam
lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini
besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda,
dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih
ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa
bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala
harus dikontrol dan diganti.
3. Membuat alloy
atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi
dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
Komentar
Posting Komentar